Minggu, 13 Februari 2011

Penyakit Gagal Ginjal Kronik

Penyakit gagal ginjal kronik umumnya dibagi menjadi 5 stadium, pembagiannya dilakukan berdasarkan nilai GFR (Glomerular filtration rate).
GFR kita adalah tanda terbaik untuk menunjukkan kesehatan ginjal. Pada 2002, National Kidney Foundation AS menerbitkan pedoman pengobatan yang menetapkan lima stadium CKD berdasarkan ukuran GFR yang menurun. Pedoman tersebut mengusulkan tindakan yang berbeda untuk masing-masing stadium penyakit ginjal.
  1. Resiko CKD meningkat.
    GFR 90 atau lebih dianggap normal. Bahkan dengan GFR normal, kita mungkin beresiko lebih tinggi terhadap CKD bila kita diabetes, mempunyai tekanan darah yang tinggi, atau keluarga kita mempunyai riwayat penyakit ginjal. Semakin kita tua, semakin tinggi resiko. Orang berusia di atas 65 tahun dua kali lipat lebih mungkin mengembangkan CKD dibandingkan orang berusia di antara 45 dan 65 tahun. Orang Amerika keturunan Afrika lebih beresiko mengembangkan CKD.
  2. Stadium 1
    Kerusakan ginjal dengan GFR normal (90 atau lebih). Kerusakan pada ginjal dapat dideteksi sebelum GFR mulai menurun. Pada stadium pertama penyakit ginjal ini, tujuan pengobatan adalah untuk memperlambat perkembangan CKD dan mengurangi resiko penyakit jantung dan pembuluh darah.
  3. Stadium 2
    Kerusakan ginjal dengan penurunan ringan pada GFR (60-89). Saat fungsi ginjal kita mulai menurun, dokter akan memperkirakan perkembangan CKD kita dan meneruskan pengobatan untuk mengurangi resiko masalah kesehatan lain.
  4. Stadium 3
    Penurunan lanjut pada GFR (30-59). Saat CKD sudah berlanjut pada stadium ini, anemia dan masalah tulang menjadi semakin umum. Kita sebaiknya bekerja dengan dokter untuk mencegah atau mengobati masalah ini.
  5. Stadium 4
    Penurunan berat pada GFR (15-29). Teruskan pengobatan untuk komplikasi CKD dan belajar semaksimal mungkin mengenai pengobatan untuk kegagalan ginjal. Masing-masing pengobatan membutuhkan persiapan. Bila kita memilih hemodialisis, kita akan membutuhkan tindakan untuk memperbesar dan memperkuat pembuluh darah dalam lengan agar siap menerima pemasukan jarum secara sering. Untuk dialisis peritonea, sebuah kateter harus ditanam dalam perut kita. Atau mungkin kita ingin minta anggota keluarga atau teman menyumbang satu ginjal untuk dicangkok.
  6. Stadium 5
    Kegagalan ginjal (GFR di bawah 15). Saat ginjal kita tidak bekerja cukup untuk menahan kehidupan kita, kita akan membutuhkan dialisis atau pencangkokan ginjal.
Terapi yang dianjurkan pada stadium 5 adalah dialisis (cuci darah) atau dengan cangkok ginjal.
Dialisis
Dua bentuk dialisis utama adalah hemodialisis dan dialisis peritonea. Pada hemodialisis, darah kita dialihkan melalui penyaringan yang menghilangkan bahan ampas. Darah bersih dikembalikan ke tubuh kita. Hemodialisis umumnya dilakukan pada pusat dialisis tiga kali seminggu untuk 3 hingga 4 jam. Pada dialisis peritonea, sejenis cairan dimasukkan pada perut. Cairan ini menangkap bahan ampas dari darah kita. Setelah beberapa jam, cairan ini yang mengandung bahan ampas tubuh kita dibuang. Kemudian, sekantong cairan baru diinfus ke perut. Kita dapat melakukan dialisis peritonea sendiri. Bila kita memakai dialisis peritonea yang berlangsung secara terus-menerus sebagai rawat jalan (continuous ambulatory peritoneal dialysis/CAPD), kita harus mengganti cairan empat kali sehari. Ada bentuk dialisis peritonea lain, yang disebut dialisis peritonea terus-menerus bersiklus (continuous cycling peritoneal dialysis/CCPD), yang dapat dilakukan pada malam hari dengan alat yang mengosongkan dan mengisi kembali perut secara otomatis.
Pencangkokan / transplantasi
Sebuah ginjal yang dapat disumbangkan oleh donor tanpa nama yang baru saja meninggal atau dari orang yang masih hidup, umumnya sanak saudara. Ginjal yang kita terima harus cocok dengan tubuh kita. Semakin mirip ginjal baru dengan kita, semakin tidak mungkin sistem kekebalan tubuh akan men


sumber : www.info-sehat.com 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar